Silahkan Menertawakan Sepuasnya. Saat Ini Saya Sedang Terlalu Nyaman Bercumbu Dengan Doa dan Usaha
16 April 2016
Silvia Ayudia 5,899 0
http://a2zhwallpapers.com
Dulu, saya belum terlalu fasih untuk menerjemahkan apa itu arti hinaan. Ditertawakan karena kekurangan, juga belum bisa saya artikan sebagai sebuah pacuan. Tapi kini saya merasakan hal berbeda, bukan karena menuanya usia tapi karena saya telah sadar bahwa setiap manusia punya sisi istimewanya masing-masing. Seperti halnya saya, yang senantiasa bergantung pada doa dan usaha.
“Bukan apa-apa jika saya diremehkan. Saya masih punya Tuhan yang siap kapan saja menjadi tumpuan.”
Saya tahu, jiwa dan raga ini kuat dan mampu menerima segala cobaan, termasuk hujatan dan hinaan. Hanya saja, saya minta kalian diam sementara saya sedang nyaman menghanyutkan diri dalam doa dan usaha.
Pahamilah, Tuhan menitipkan nasib dan peruntungan yang berbeda. Kamu boleh saja menghina, tapi saya pun berhak untuk tak terima.
kita dilahirkan berbeda
Jika sedari kecil segala kebutuhan dan keinginanmu selalu terpenuhi, jauh berbeda dengan saya yang sekuat tenaga harus mencukupinya sendiri. Kasih sayang dari orang terdekat saya seringnya bukan berwujud materi, tapi nasihat serta ilmu yang mereka yakini sebagai bekal terbaik.
“Yaah, nggak kompak nih nggak bisa nongkrong bareng. Ngapain sih belajar melulu?”
Mungkin menurut kalian kalimat semacam itu biasa saja, namun tidak bagi saya. Saya sadar bahwa modal utama saya untuk hidup adalah belajar, sehingga saya mampu diperhitungkan pada masa yang akan datang. Tolong jangan memaksa, saya dan kalian itu jauh berbeda.
Kalian boleh saja menertawakan, tapi saya bukan manusia yang bersedia untuk direndahkan.
jangan meremehkan!
Sekali waktu, saya juga ingin dipandang sejajar dengan kalian. Jika kalian berhasil meraih sesuatu, ingin juga saya ikut merasa sumringah di tengah sebuah keberhasilan. Bukannya kesal karena saya belum mampu, saya hanya ingin meyakinkan diri sehingga makin terpacu. Jangan merendahkan, saya percaya saya mampu.
“Ketika seorang manusia direndahkan, saat itu juga batinnya mati rasa. Maka tolong, meremehkan bukan satu-satunya jalan untuk menjajal kemampuan saya.”
Bagi saya, dilanda kegundahan bukan akhir dari segalanya. Saya pun sudah terbiasa, jika kalian malah tertawa dan bergembira karenanya.
kegundahan bukan akhir segalanya via my-cancerlife.wordpress.com
“Makanya, jadi orang jangan kebanyakan gaya. Yang lain pada kompakan ngasih kunci jawaban, lo malah sok belajar mati-matian.”
Bukan, bukannya saya tak mau sejalan dengan kalian. Saya hanya meyakini betul, bahwa punya prinsip yang kuat itu sama saja dengan menghargai hidup. Saya pun bukan orang gila yang menutup mata terhadap apa yang kalian lakukan, saya cuma belum siap jika harus menggoyahkan prinsip yang selama ini mati-matian saya bangun.
Karena kalian tidak tahu apa-apa tentang saya, tak usah memandang sebelah mata. Cukup diam, dan bairkan saya larut dalam kuat dan kerasnya doa.
Kita mungkin saling mengenal, tapi tidak untuk saling memahami. Perihal apa yang saya rasakan sekarang, tidak bisa kalian hanya menebak-nebak seolah menjadi yang paling tahu. Saya tidak membenci, hanya risih saja jika setiap saat kalian ingin tahu segala hal tentang saya.
“Kita sudah terlalu dewasa, kurang pantas jika rasa penasaran yang berlebihan berujung pada hancurnya hubungan pertemanan.”
Pada akhirnya, terima kasih karena telah meluangkan waktu untuk menertawakan. Kini saya lebih tangguh demi menata masa depan.
terimakasih, telah meremehkan
Sampai sekarang saya masih meyakini satu hal, bahwa pelangi pasti muncul setelah badai yang berkepanjangan. Persis ketika saya sering diremehkan, di situlah saya mulai bangkit dan sadar betul bahwa kemampuan saya tak jauh berbeda dengan kalian.
Saya juga bersyukur masih diberi kesempatan berucap kata terimakasih, kepada kalian yang dengan tulus meluangkan waktu untuk menertawakan. Anehnya saya sama sekali tidak bersedih atau berniat membalas dendam, saya justru semakin kuat, tangguh dan bersiap menata masa depan. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar